Minggu, 22 Februari 2009

Si Kutu Bisa Loncat

ada sebuah kisah mengenai Kutu...

berdasar penelitian...kutu dapat loncat 300 kali tinggi tubuhnya...
suatu ketika...satu ekor kutu di letakkan di dalam kotak korek api selama satu minggu.
setelah itu kutu itu dikeluarkan..dan dia hanya bisa terbang setinggi kotak korek api tersebut...
kenapa?

saat setiap kali si kutu ingin meloncat..dia selalu terbentur dengan dinding kotak..loncat lagi..terbentur lagi begitu terus selama satu minggu...
akhirnya si kutu berfikir "oh..mungkin memang kemampuan loncatku hanya setinggi ini, ya sudah kalau begitu"
setelah satu minggu si kutu di keluarkan dari kotak korek api, si kutu dengan senang meloncat loncat, namun hanya setinggi korek api tersebut tanpa pernah mencoba untuk meloncat lebih tinggi lagi.

kutu itu seperti manusia termasuk saya.
dinding korek api adalah hambatan hambatan yang terjadi dalam kehidupan kita. disaat kita mendapatkan hambatan kita burusaha keluar dari masalah...gagal..mencoba lagi..gagal lagi...coba lagi..gagal lagi...kemungkinan banyak dari kita yang lalu berfikir seperti kutu tadi. "oh mungkin kemampuan saya hanya sebatas ini...saya tidak mampu seperti orang lain..saya mungkin tercipta berbeda..., ya sudah kalau begitu...saya sekarang tahu batas kemampuan saya" mungkin akan berfikir seperti itu. padahal sebenarnya kita ini memiliki potensi yang sama. kotak korek api adalah ujian bagi kita untuk tetap teguh pada keyakinan kita. namun disaat kita meng"Iya" kan bahwa kita tidak mampu...maka ketika kita keluar dari masalah tersebut maka kita akan tetap hanya terbang sebatas itu saja...tidak berusaha lagi. kegigihan dan semangat serta pemikiran positif sudah mulai menipis. mungkin saja teman teman kutu tadi yang berada di luar..disaat si kutu berusaha terbang tinggi juga berkata " sudahlah..kamu tidak akan bisa keluar dari kotak itu...kamu tidak akan bisa terbang setinggi kita" tapi ternyata apa? hanya satu minggu saja si kutu berada di dalam kotak...begitu juga masalah yang kita hadapi. putus asa bukanlah keputusan yang tepat saat kita gagal.

Keep FighT 'till The EnD !!

dalam mengejar impian, kadang memang kita harus gagal.
selama nyawa masih di badan, berarti permainan belum usai.
satu satunya pilihan adalah bangkit dan berjuang lagi dan lagi dan lagi dan lagi
hingga Tuhan menentukan batas akhirnya
(Mutiara Words)

kuat mental sang juara

suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan.
suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final.
hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki.
semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.
ada seorang anak bernaman Edwin.
Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk 4 anak yang masuk final.
dibanding semua lawannya, mobil Edwin-lah yang paling gag sempurna. beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. dengan kayu sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mobil mewah yang dimiliki lawannya.
namun Edwin bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

tibalah saat yang dinantikan.
final kejuaraan mobil balap mainan. setiap anak mulai bersiap di garis START, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang.
di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil dengan 4 "pembalap" kecilnya.
lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.
namun sesaat kemudian, Edwin meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai.
ia sedang berdo'a.
matanya terpejam, memanjatkan do'a. lalu semenit kemudian ia berkata, "ya, aku siap!"

perlombaan dimuali. dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat.
semua mobil itu pun meluncur dgn cepat. setiap orang bersorak sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.
"Ayo..ayo..cepat...cepat...maju...maju...", begitu teriak mereka.
ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun terlambai.
dan... Edwin lah pemenangnya.
ya semuanya senang, begitu juga Edwin. ia berucap, dan berkomat-kamit dalam hati, "terimakasih"

saat pembagian piala tiba.
Edwin maju ke depan dengan bangga.
sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya, "hai jagoan, kamu pasti tadi berdo'a kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Edwin terdiam.
"bukan pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Edwin.

ia lalu melanjutkan, "sepertinya, tak adail untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon pada Tuhan, agar aku tak menangis, jika aku kalah."